Di BUKU PERINGATAN HARI ULANG TAHUN SRIWIDJAJA KE XVI – yang di terbitkan oleh: KOMANDO MILITER IV/SRIWIDJAJA – Kolonel Muhammad Nuh, mantan Panglima Divisi VIII memberi kata sambutan sebagai berikut:
Transkrip pidato Kolonel Muhammad Nuh di atas dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
H A R I S R I W I J A Y A
Pada tanggal 25 Agustus ini kita merayakan hari Sriwijaya, yaitu hari bangkitnya persatu-paduan tenaga masyarakat dalam mempertahankan Proklamasi 17 Agustus didaerah Sumatra Selatan ini. Setelah 16 tahun barulah kita rayakan secara resmi, kita jadikan hari nya peringatan. Tentu telah banyak pada waktu ini orang-orang yang tidak ingat lagi kejadian-kejadian yang sebenarnya, suatu hal yang dapat dimengerti oleh karena waktunya telah lama juga.
Berhasilnya kita, seperti dikatakan oleh Panglima dalam pidatonya, mempertahankan Proklamasi di daerah ini dengan hanya petenjuk-petenjuk umum saja dari pusat, menunjukkan telah adanya di daerah ini kematengan semangat dan tekad sebelum tanggal bersejarah itu. Kematengan semangat dan tekad ini telah tersiar luas dikalangan masyarakat, terutama dikalangan pemudanya, yang jauh sebelumnya tanggal ini telah mengadakan usaha dan gerakan teratur untuk melaksanakan cita-cita Indonesia Merdeka Ciptaan sendiri, biar direbut dari tangan siapapun, biar berhadapan dengan kekuatan dan kekuasaan manapun juga.
Siksaan fisik dan mental yang dilakukan Jepang kepada bangsa Indonesia disertai dengan latihan militer yang diberikan Jepang kepada pemuda Indonesia, yang dimaksudkan untuk membantu usaha perang Jepang, yaitu cita-cita “Hakko Ittjiu” yang bermakna delapan penjuru dunia dibawah satu atap yakni atap Jepang membikin pemuda-pemuda Indonesia itu lekas sekali didalam semangat dan tekad. Almarhum Baay Salim (bapaknya Emil Salim-penulis) pernah berkata kepada penulis: “Jika ada kesempatan untuk mendapat latihan militer secara massaal dipergunakan, apa ia dinamakan milisi ataupun tentara sukarela, latihan militer secara massaal akan memberikan kepada kamu pemuda keyakinan pada diri sendiri, dan bila kamu telah mempunyai keyakinan pada diri sendiri laksana baja, maka tidak suatupun yang dapat merintangi untuk mencapai kemerdekaan.” Demikian almarhum Baay Salim.
Dan sungguh tepat katanya itu. Dimana kesatuan Gyu-Gun (Tentara Sukarela) dikumpulkan dalam jumlah yang besar, disitu timbul gerakan-gerakan yang sungguh-sungguh dan teratur untuk mengambil oper kekuasaan dari siapapun juga, baik dia Jepang, Inggris atau Belanda. Disitu dalam asrama-asrama itu, sebelum 25 Agustus, sebelum 17 Agustus pemuda-pemuda itu telah berpikir, berbuat dan berusaha seakan-akan Negara Indonesia Merdeka itu telah ada, Tentara Nasional itu telah merupakan suatu kenyataan.
Seperti saya katakan diatas setelah 16 tahun baharulah kita memperingati hari Sriwijaya. Bahan-bahan sejarah seperti yang saya sebutkan diatas tadi bertambah lama bertambah dilupakan, bertambah lama bertambah sukar didapat, padahal bukanlah kita sependapat, bahwa tujuan memperingati hari Sriwijaya, bukan hanya untuk memperingati jasa-jasa dari segolongan atau beberapa tokoh penting saja, melainkan untuk memelihara dan menyempurnakan semangat serta tindakan segenap masyarakat. Berarti sekaligus memberikan sumbangan yang tidak ternilaikan bagi konfrontasi dalam segala bidang dengan Belanda dewasi ini, dan bagi Pembangunan Semesta Berencana yang kita laksanakan sekarang ini. Oleh karena itu alangkah baiknya kalau diadakan usaha terpimpin untuk menggali semuanya itu dari kandungan sejarah.
Sekianlah kata sambutan saya pada hari peringatan Hari Sriwijaya ini.
Ex. Panglima Divisi Garuda VIII
(ex. Kol. M. Nuh)
Pidato radio Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia Jenderal Soedirman pada 26 Desember 1946 antara lain mencanangkan bahaya yang segera datang dari pihak Belanda. Pak Dirman memerintahkan agar seluruh jajaran Angkatan Perang Republik Indonesia selalu waspada dan siap siaga, selanjutnya Pak Dirman mengamanatkan: “Tidak cukup pula kita hadapi dengan perundingan-perundingan atau dengan protes belaka. Kenyataan harus sanggup dan mesti kita hadapi dengan kenyataan. Bilamanakah kita menjalankan kesanggupan itu? Jawabannya, sekarang inilah saatnya.”
Melihat perkembangan dan situasi perundingan antara Belanda dan pemerintah Indonesia yang alot, pihak Belanda mengartikan pidato Jenderal Soedirman itu sebagai suatau perintah untuk menyerang mereka, dengan menutupi kenyataan bahwa justru merekalah yang melakukan serangan dan provokasi terhadap persetujuan genjatan senjata yang telah disepakati di perjanjian Linggarjati.
Markas Komandemen Sumatra di Bukit Tinggi, Kolonel Muhammad Nuh sebagai Kepala Staf Komandemen Sumatra dan Jenderal Soehardjo sebagai Panglima Komandemen Sumatra mengadakan rapat dan memutuskan reorganisasi tentara di Sumatra Selatan. Keputusan rapat tersebut adalah, reorganisasi tentara di Sumatra Selatan menjadi Sub Komandemen Sumatra Selatan (Subkoss) dan di tetapkan Kolonel Simbolon sebagai Komandan. Subkoss berkekuatan dua divisi yang terdiri dari divisi satu berkedudukan di Lahat di bawah Komandan Kolonel Barlian, dan divisi dua berkedudukan di kota Palembang dengan Komandan Kolonel Bambang Utoyo. Dalam kesibukan reorganisasi di kalangan militer Indonesia pada penghujung 1946 itu rupanya memberi peluang kepada tentara Belanda meningkatkan provokasi di kota Palembang.
Provokasi tentara Belanda terus meningkat. Pada saat Letnan Satu Rivai melintas mengendarai sepeda motor di depan rumah sakit Charitas dalam tugas inspeksi, tiba-tiba rentetan tembakan di arahkan ke dirinya. Letnan Rivai luka parah terkena tembakan. Segera tentara yang ada di sekitar situ memberikan pertolongan. Rivai dibawa ke rumah sakit darurat yang berada di bekas gedung sekolah di jalan Indrapura. Di sana ia mendapat pertolongan yang langsung diberikan oleh Kepala Rumah Sakit darurat, Mayor (titular) Dokter Ibnu Sutowo ia adalah Perwira Kesehatan Sub-Komandemen Sumatra Selatan. Nyawa Letnan Rivai tidak tertolong akibat luka tembak yang tepat mengenai organ vital. Ia gugur sebagai bunga bangsa pada 29 Desember 1946. Peristiwa ini bagaikan mercon yang tersulut, semua pasukan menyebar dan mengurung kubu pertahanan Belanda di semua lokasi, sebagai entry point terjadinya “Perang Semesta Lima Hari di Palembang”, mulai 1 Januari sampai dengan 5 Januari 1947. Peristiwa heroik ini sudah ditulis diberbagai buku, salah satunya oleh Kolonel Abi Hasan Said, “Bumi Sriwijaya Bersimbah Darah” – Perjuangan Rakyat Semesta menegakkan Republik Indonesia di ujung selatan Sumatra. (1)
Untuk merundingkan penghentian tembak menembak di kota Palembang, pemerintah pusat mengirim Menteri Kemakmuran Dr. A.K. Gani. Ia datang menumpang pesawat Amphibi Belanda (Catalina) yang mendarat di sungai Musi di Plaju. Dr. A.K. Gani didampingi Dr. M Isa, Gubernur Muda Sumatra Selatan, Komandan Divisi II Kolonel Bambang Utoyo dan Wali Kota Palembang R Manan. Perundingan di lakukan oleh Staf Divisi 7 tentara Belanda Kolonel Mollinger di dalam Benteng Kuto Besak. Perundingan berjalan alot dan akhirnya diputuskan tentara Indonesia “mundur 20 kilometer ke luar kota Palembang”. Walaupun sebetulnya Tentara Indonesia tidak bisa menerima hasil perundingan, sebagai prajurit yang patuh pada apa yang telah diputuskan atasan, dengan berat mereka melaksanakan keputusan perundingan itu.
Dalam garis demarkasi 20 km. di luar kota Palembang, Divisi Garuda II dan Resimen XV mengalami perubahan. Untuk menghadapi kemungkinan serangan pasukan Belanda melalui sungai-sungai (Musi, Ogang, Komering, Lematang), melalui jalan darat (Palembang – Sekayu, Palembang – Prabumulih, Palembang – Kayu Agung, dan jalan kereta api (Palembang – Kertapati – Prabumulih). Mengingat medan yang semakin luas maka usaha selanjutnya ialah mengkonsolidasi organisasi, logistik serta taktik dan strategis. Maka di adakan reformasi/reorganisasi TRI di Sumatra Selatan pada 10 Januari 1947. Sub. Komandemen di hapuskan dan dilebur menjadi satu divisi di beri nama Divisi VIII Garuda yang membawahi 3 Resimen, 1 Brigade Pertempuran Garuda Merah, di tambah 1 Batalyon Istimewa Garuda Merah.Transkrip acara malam kekeluargaan, keluarga besar Corps Sriwijaya Cabang Jakarta tgl 14-9-1968 di Wisma Warta Jakarta.
CORPS SRIWIDJAJA TERTIP ATJARA MALAM
KEKELUARGAAN. KELUARGA SUB KOMANDO PEMBINA CORPS CORPS SRIWIDJAJA TJABANG
TJABANG DJAKARTA DJAKARTA TGL 14-9-1968
DI WISMA WARTA DJAKARTA
------------------------
I. Djam 19.45 Para Undangan sudah siap di tempat
II.Djam 20.00 Kata pembukaan Ketua Panitya oleh
Dany Effendy.
III. Djam 20.05 Sambutan KETUA CORPS SRIWIDJAJA
TJABANG DJAKARTA Bapak MAJOR
DJENDERAL ALAMSYAH.
IV. Djam 20.20 Amanat PANGLIMA ANGKATAN DARAT
Bapak DJENDERAL M PANGABEAN
V. Djam 20.30 Utjapan Selamat (berdjabat tangan)
Para undangan kepada Bapak2
Beserta Ibu masing2 :
1. Bapak Djenderal M Pangabean sebagai sesepuh CORPS SRIWIDJAJA.
2. Bapak MajDjen ALAMSYAH disamping sebagai KETUA UMUM CORPS TJABANG DJAKARTA juga sebagai sesepuh dari CORPS SRIWIDJAJA.
3. Bapak KOL. PURNA. MUHAMMAD NUH sebagai PANGLIMA SRIWIDJAJA yang pertama.
4. Bapak BRIGDJEN HASAN KASIM sebagai PANGLIMA SRIWIDJAJA kedua.
5. Bapak KOL. PURNA. M. SIMBOLON sebagai PANGLIMA SRIWIDJAJA ketiga.
6. Bapak MAJDJEN PURNA. BAMBANG UTOJO sebagai PANGLIMA SRIWIDJAJA keempat.
7. Bapak MAJDJEN R.A. KOSASIH sebagai PANGLIMA SRIWIDJAJA kelima.
8. Bapak MAJDJEN Dr. IBNU SOETOWO sebagai PANGLIMA SRIWIDJAJA keenam.
9. Bapak KOL. PURNA. BARLIAN sebagai PANGLIMA SRIWIDJAJA ketudjuh.
10. Bapak BRIGDJEN HARUN SOHAR sebagai PANGLIMA SRIWIDJAJA kedelapan.
11. Bapak MAJDJEN MAKMUN MUROD sebagai PANGLIMA SRIWIDJAJA kesembilan.
VI.Djam21.30 Malam kekeluargaan/Keseniaan/Hidangan
VII Djam 23.00 S e l e s a I
TJATATAN
-------- DJAKARTA, 13 SEPTEMBER 1968
Keterangan tempat A.N. KETUA PANITYA
Lihat lampiran PA PROTOCOOL
H. DJOESMAN
---------------
MAJOR INF. NRP:286713
Struktur Komando DIVISI VIII GARUDA – dikutip dari buku: KENANGAN TIGA PULUH TAHUN – KOMANDO DAERAH MILITER IV SRIWIJAYA – oleh SEJARAH MILITER DAERAH MILITER IV SRIWIJAYA, sebagai berikut:
DIVISI VIII GARUDA (LAHAT)
1. Muhammad Nuh - Kolonel Panglima Divisi VIII Garuda
(pertama)
2. M Simbolon - Kolonel Panglima Divisi VIII Garuda
(kedua)
3. Nusirwan - Kapten Ajudan
4. Barlian - Kolonel Kepala Staf
5. Sai Husin - Mayor Yon Genie
6. Darko - Mayor Persenjataan
7. Kurchie - Kapten Perhubungan
8. - - Intendance
9. Anwar - Mayor Keuangan
10. Arsyad - Mayor Siasat
11. Sawaluddin - Kapten Siasat
12. Umar Said - Mayor Penerangan
13. Hamid - Mayor
14. Thalib - Kapten Perhubungan
15. Nawawi - Kapten Operasi
16. N.S. Effendi - Let. Kol Organisasi
17. P. Hutagalung - Mayor Personalia
18. Umar Ibrohi - Kapten Kepala Sekretariaat
19. Neva Hanaviah - Kapten Angkutan
20. Dr. Ibnu Sutowo - Let. Kol. D.K.T.
21. Syafe’I - Kapten Latihan
22. Hamid Jemair - Kapten Detasemen
23. Muchizar - Kapten Detasemen
24. Jusuf - Mayor P.T.
25. Kiswoto - Mayor Dinas Istimewa
BRIGADE PERTEMPURAN GARUDA MERAH PRABUMULIH
1. Bambang Utoyo Kolonel Komandan Brigade
2. Rusnawi Kapten Ajudan
3. M.S. Siregar Ltd. Ajudan
4. Alamsyah Kapten Kepala Staf
5. Z. Abidin Ning Let. Kol. Kepala Staf
6. Alamsyah Lts. C.M.A.
8. Idham Danal Kapten Intendance
9. Dulhak Kapten Detasemen
10. - - Genie/Phb.
11. R. Abdullah Kapten Angkutan
12. Winarto Lts. P.T.
13. Nungcik Has Ltd. Sekretariat
14 - - Penerangan
15. Nawawi Kapten Urusan Terr.
16. Sunardi D.M. Lts. Personalia
17. Saranggi Mayor Organisasi
RESIMEN 44 TANJUNG RAJA
1. Rasyad Nawawi Mayor Komandan Resimen 44
2. Mukti Let Muda Ajudan
3. Anwar Arsyad Kapten Kepala Staf
4. B.T. Tobing Ltd. Operasi
5. Sarnubi Said Let. Muda Siasat
6. Malik Helmi Let. Muda Penerangan
7. Munzir Kapten Intendence
8. Syamsudin Ltd. Sekretariat
9. Amin Ltd. P.T.
10. Mukti Ltd. Organisasi
YON 32 TANJUNG SEJARO
1. Makmun Murod Kapten Dan Yon 32 Tg. Sejaro
2. Malik Kapten Dan Yon 32 Tg. Sejaro
3. Ryacudu Kapten Dan Yon 32 Tg. Sejaro
YON 34 SIRAH PULAU PADANG
1. Sumadinata Kapten Dan Yon 34 S.P. Padang
2. Robani Kapten Dan Yon 34 S.P. Padang
YON 36 KAYU AGUNG
1. Sanaf Kapten Dan Yon 36 Kayu Agung
RESIMEN 45 PRABUMULIH
1. Dani Effendi Mayor Dan Res. 45 Prabumulih
2. Muchtar Ltd Ajudan
3. Usman Bakar Kapten Kepala Staf (pertama)
4. Mahyudin Kapten Kepala Staf (kedua)
5. Nurdin Let. Muda Operasi
6. Iteh Let. Muda Siasat
7. Ilyas Ltd. Detasemen
8. Ibrahim Nasution Ltd. Organisasi
9. Muhammad Usman.Let. Muda Personalia
10. Winarto Lts. P.T.
11. - - Persenjataan
12. Hidayat Let. Muda Angkutan
YON ANTI UDARA
1. Dani Effendi Mayor Dan Yon
ALRI
1. Saroinsong Kapten Dan ALRI
YON 30 SEKAYU
1. Animan Achyat Kapten Dan Yon
RESIMEN 41 TANJUNG KARANG
1. Arief Let. Kol. Dan Res. 41 tg. Karang
2. Maris Ltd. Ajudan
3. Nurdin Mayor Kepala Staf
4. Muchizar Kapten Organisasi/Operasi
5. Kasim Ltd. Siasat
6. R.A. Badarudin Ltd. Sekretariat
7. Maris Ltd. Detasemen
8. M. Harun Kapten Intendance
9. Rusnawi Kapten P.T.
10. Daud Kapten P.T.
YON 1 TANJUNG KARANG
1. Ismail Husin Mayor Dan Yon I Tg. Karang
YON II KOTABUMI
1. Harun Hadimarto Mayor Dan Yon II Kotabumi
YON III BATURAJA
1. Sukardi Hamdani Mayor Dan Yon III Baturaja
RESIMEN 42 BENGKULU
1. Z. Abidin Ning Let. Kol. Dan Res. Bengkulu
2. Marzuki Mayor -
3. Fadlul Lts. Ajudan
4. Zen Rani Mayor Kepala Staf
5. A. Ibrahim Kapten Operasi/Org.
6. Hasbulah Bakri Lts. Siasat
7. - - Sekretariat
8. Harun Alikera Lts. Intendance
9. Sulaiman Lts. Keuangan
10. Mahmud Lts. Perhubungan
11. Anwar K.M. Kapten Angkuatn
12. Z Abidin Lts. Pionir
13. Daud Kapten P.T.
14. Usman Yusuf Lts. P.T.
YON CURUP
1. Wahab Sarobu Kapten Dan Yon Curup
2. Salim Batubara Kapten Dan Yon Curup
YON BENGKULU
1. Burhan Dahri Mayor Dan Yon Bengkulu
RESIMEN 43 JAMBI
1. Abunjani Kolonel Dan Res. 43 Jambi
2. Lis Rachman Lts. Ajudan
3. Marzuki Mayor Kepala Staf
4. Brori Mansyur Mayor Kepala Staf
5. Hasyim Kapten Operasi/Org.
6. Kukuh Kapten Operasi/Org.
7. Zen Rani Mayor Operasi/Org.
8. Hartono Lts. Perhubungan
9. Muryadi Kapten Perhubungan
10. Kosasih Kosim Kapten Perhubungan
11. Aman Lts. Siasat
12. Roni Lts. Siasat
13. Nawawi Ltd. Siasat
14. Sukimin Kapten Personalia
15. Nur Nasution Kapten P.T.
16. Sumardi Ltd. P.T.
17. H. Usman Jusuf Lts. P.T.
18. Ismail Arifin Kapten Penerangan
19. H. Ibrahim Mayor Peng.Masyarakat
20. Nur Muhammad Lts. Keuangan
21. Kukuh Kapten Persenjataan
22. H. Hasan Kapten -
23. Abdullah Rachman Lts. Detasemen
24. R. Tahir Lts. Sekretariat
25. Dr. Nusmir Kapten Kesehatan
YON 1 TEMPINO
1. Hasyim Kapten Dan Yon 1 Tempino
2. Darko Kapten Dan Yon 1 Tempino
YON II JAMBI
1. Riva’I Mayor Dan Yon II Jambi
YON III SAROLANGUN
1. M. Teguh Kapten Dan Yon III Srlgn
KIE MERDEKA MA. TEMBESI
1. Ramli Kapten Dan Kie Merdeka
Setelah pertempuran 5 hari 5 malam (1 hingga 5 Januari 1947) di Palembang yang kemudian diadakan perundingan dengan Belanda. Hasilnya, tentara Indonesia harus mundur sejauh 20 km. dari kota Palembang. Pada 10 Januari 1947, sebagai Kepala Staf Komandemen Sumatra yang berkedudukan di Bukit Tinggi, bapak diangkat sebagai Panglima Divisi VIII Garuda yang bermarkas di kota Lahat. Struktur organisasi dan personil Komando Divisi VIII Garuda di atas, di kutip dari buku “Kenangan Tiga Puluh Tahun Komando Daerah Militer IV Sriwijaya – Oleh: Sejarah Militer Daerah Militer IV Sriwijaya.” Lingkup territorial Divisi VIII Garuda meliputi daerah Lampung, Sumsel, Bengkulu, Jambi, dan Bangka Belitung, sama dengan teritorial Kodam II Sriwijaya sekarang ini. Sebagai Panglima Divisi VIII Garuda dengan cakupan teritorial tersebut diatas, pada lampiran undangan malam kekeluargaan Korps Sriwijaya Cabang Jakarta pada 14 – 9- 1968, Kolonel Muhammad NUH ditulis sebagai Panglima Sriwijaya yang pertama.
Pada Mei 1947, Kolonel Muhammad Nuh di tempatkan di Ibukota Republik Yogyakarta, sebagai Opsir Penghubung Panglima Besar dengan Panglima Komandemen Sumatra. Pada hari ulang tahun Kodam Sriwijaya ke 16, bapak memberi kata sambutan di buku peringatan sebagai ex Panglima Divisi Garuda VIII. Yang menggantikan bapak Kolonel M Simbolon. Penugasan di Markas Besar Tentara Keamanan Rakyat (MBTKR) di Yogyakarta membuat bapak dapat langsung berhubungan dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman dan Kepala Staf Umum TKR Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo.
terima kasih bahwa rakyat Palembang telah mengulang kembali jaman sutan mahmud Badaruddin II pada masanya, namun untuk pergolakan di seberang ulu Khususnya Batalion 34/XV Divisi Garuda tgl 1 s/d 15 Januari 1947 tidak tercover padahal pra tgl 1 tsb atau tl31 Desember 46 kapal belanda berhasil ditenggelamkan oleh Dan Yon 34 Kapten Denmas, untuk lebih lanjut satya ada catatan Sejarahnya yg ditulis langsung oleh Ybs. karena Alm adalah Ayah Saya.dimana saya harus menghubungi nya? biar sejarahnya lengkap.
BalasHapussaya bingung kapan waktu tewasnya letnan satu rivai nampaknya masih kontroversi, karna saya baca di buku " bumi sriwijaya bersimbah darah" letnan satu rivai tewas hari ke-3 perang 5 hari 5 malam (03 januari 1947).
BalasHapuskalo saya gak salah saya pernah baca, coba baca "sejarah perjuangan subkoss garuda" di perpustakaan daerah lantai 2. maaf kalo judul bukunya gak begitu lengkap. kebanyakan isi buku tersebut kontribusi dari pak Kapten Sanaf.
Hapusmaaf ini judul bukunya "
HapusSejarah dan peranan Subkoss dalam perjuangan rakyat Sumbagsel, 1945-1950"